Tentang Proyek ini

Fate Indo Translation Project Proyek ini untuk membantu memudahkan fans dari Franchise Typemoon terutama Fate, untuk membaca seri Light Nove...

Minggu, 07 Juni 2020

Fate Strange Fake (bahasa Indonesia) Vol 1 Chp 1





Translation by: GilGil Boy
Editor & Supervisor:  Angra
Extra

Chapter 1 :Pengkhianat


Sebuah Celah.

Kota itu, yang terbit dari kegelapan pedalaman disekitarnya, sangatlah layak untuk disebut sebagai sebuah “celah”.

Itu bukanlah pembatas yang memisahkan, seperti pembatas yang memisahkan siang dari malam atau cahaya dari kegelapan. Namun sebaliknya itu adalah pembatas yang harmonis, pembatas yang membatasi antara hal-hal yang sama. Hal tersebut adalah sesuatu yang aneh dari Kota Snowfield.

Kota tersebut dialiri aliran sungai, tapi hal-hal yang dipisah tidak sebegitu berbeda seperti *Magecraft dan Magic, juga tidak sama seperti Manusia dan binantang buas.


Dalam artian, itu adalah pembatas yang samar, luntur bersama warna fajar dan senja. Tapi itu lebih daripada pembatas biasa. Itu adalah hubungan gelap, yang didapatkan dari pencampuran beberapa pigmen.

Dengan kata lain, itu adalah pembatas kota dengan yang lain; pembatas antara alam dan manusia; pembatas antar manusia dan kota besar. Sama sekali tidak begitu berbeda dengan rawa pembatas yang membatasi mimpi dan tidur yang singkat.


Di Amerika Barat. Kota tersebut terletak di utara kota Las Vegas.


Di sekelilingnya merupakan produk alam yang indah dan seimbang. Bagian Utara dari kota terdapat sebuah jurang yang luas membentang, menyerupai Grand Canyon. Pada bagian Barat, tumbuh hutan yang lebat, sebuah pemandangan yang langkah di area yang tandus. Pada bagian Timur, terdapat danau dan area rawa; Pada bagian Selatan, sebuah gurun yang membentang luas.

Meskipun kota tersebut tidak memiliki lahan pertanian, empat penjuru Kota tersebut adalah tanah yang sangat cocok untuk bercocok tanam. Betul sekali, keberadaan kota ini sendiri merupakan sebuah keanehan yang menonjol dari sekitarnya, ibarat ibu jari yang membengkak.

Sebuah kota berkembang dengan pandangan masa depan didalamnya; kota dengan perpaduan yang pas antar elemen alami dan buatan, itulah kata yang banyak orang katakan mengenai Kota Snowfield, ketika terpukau oleh keindahanya. Tapi kenyataanya, kota tersebut dibangun atas dasar gagasan oleh orang-orang angkuh dan arogan. Terkadang keangkuhan itu terlihat; tapi terkadang pula tidak.

Letak Kota tersebut sangatlah natural seperti sudah seharusnya berada disana. Seolah-olah, celah itu, koneksi tersebut, membawa perpaduan antar warna yang dipandang layak untuk membawa keharmonisan kepada penduduknya.. Namun kota tersebut menjadi panggung hitam yang siap menghakimi apapun yang ada di sekitarnya.


Menurut catatan pada abad ke-20, kawasan ini merupakan rumah bagi penduduk asli tempat ini, tanpa adanya orang lain.

Namun, dimulai sekitar 70 tahun yang lalu kawasan tersebut sudah mulai berkembang dengan pesat. Pada saat abad ke-21 datang, kawasan tersebut telah mengalami perubahan total. Dan sekarang, kawasan ini merupakan rumah bagi 800.000 jiwa.

“Tentu saja, perkembangan secepat itu dapat terjadi dimana saja. Namun faktanya kita diminta untuk menyelidiki sebuah kota yang terlihat biasa saja mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang perlu kita cari tahu tentang asal usul kota tersebut.” Gerutu seorang pria tua yang menggenakan jubah berwarna biru kehitaman.

Malam itu langit nampak sangat gelap, tidak ada satupun bintang di langit. Terlihat seakan awan-awan di langit dapat meledak kapan saja.

Dari area pepohonan di pinggiran hutan terletak di ujung barat kota, pria tua tersebut mengawasi dengan seksama menggunakan teropong binokular. Dan ketika dia menatap cahaya yang dikeluarkan dari pencakar langit di kota tersebut, dia berkata dengan nada jijik yang nampak pada suaranya.

“Hrm... Teropong pada zaman ini benar benar berguna. Mereka dapat langsung terfokus hanya dengan menekan tombol; terlebih lagi, sangatlah mudah untuk menggunakanya tanpa perlu susah-susah mengirim *familiar.... Sungguh kita hidup di zaman yang menyedihkan.”

Dengan wajah yang masam, pria tua tersebut berbicara kepada murid nya yang masih muda, berdiri dibelakangnya. “Tidakkah kau setuju, Faldeus?” dia bertanya.

Lelaki bernama Faldeus tersebut berdiri disebelah pohon sekitar 2 meter dari pria tua tersebut. Dengan dipenuhi keraguan, dia menjawab, “Tidak perlu memikirkan hal itu. Lebih penting lagi, apakah kita perlu mengkhawatirkan hal tersebut? Yang mereka sebut sebagai... Perang Cawan Suci?” 


—  Perang Cawan Suci  —


Adalah kalimat yang sering muncul dalam dongeng dan legenda pada masa lalu. Sesaat ketika kalimat tersebut keluar dari bibir Faldeus, Gurunya menurunkan teropongnya dan bertanya kepadanya, dengan rasa marah nampak dimatanya.

“Apa itu sebuah lelucon, Faldeus?”

“Tidak... maksudku...,” terkejut, sang murid menurunkan pandangan matanya serta kepalanya, seperti siap menerima hukuman.

Pria tua tersebut menggelengkan kepalanya dan menghela nafas, amarah dapat terdengar di suaranya. “Aku tidak menyangka aku harus menanyakan ini, tapi... seberapa banyak yang kau ketahui tentang perang cawan suci?”

“Aku membaca sekilas artikel yang diberikan kepadaku tentang hal tersebut, tetapi...”

“Maka kau sudah cukup tahu. Biarkan itu rumor di kalangan anak-anak atau hanya gosip dari tabloid ringan. Selama ada kemungkinan, tak peduli seberapa kecil, objek yang disebut sebagai Cawan Suci tidak dapat kita biarkan begitu saja.”

“Karena hal itu adalah impian semua Magus, dan secara bersamaan adalah cara untuk mencapai akhir untuk semuanya.”

Pada suatu ketika – terdapat sebuat perang.

Perang tersebut terjadi di sebuah negara jauh di Timur.

Pertarungannya dilaksanakan di sebuah kota biasa, tanpa diketahui penduduknya.

Namun, perang tersebut menyembunyikan kebenaran yang mematikan. Tentu saja, itu adalah perang untuk mewujudkan keajaiban yang disebut Cawan Suci.


Cawan Suci.


Itu adalah Mukjizat yang abadi.

Adalah Sebuah Legenda. 

Adalah relik peninggalan Jaman para Dewa.

Adalah sebuah tujuan akhir.

Itu adalah sebuah harapan – maka, mencarinya sama dengan mengakui keputusasaan.

Identitas dari objek yang disebut Cawan Suci berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat lain, dan dari orang ke orang. Dalam perang tersebut, Cawan Suci bukanlah “Relik suci” yang sering dideskripsikan.

Disana, dikatakan bahwa keajaiban yang disebut Cawan Suci muncul dalam wujud alat pengabul permintaan yang Maha Kuasa.

Tetapi itu hanya disebut demikian, karena pada saat pertarungan untuk memperebutkan Cawan Suci dimulai, alat pengabul permintaan yang disebut Cawan Suci belum tercipta.

Sebelum Cawan Suci tersebut muncul, tujuh roh akan dipanggil.

Dari seluruh sejarah di dunia ini, tradisi, sihir, dan fiksi dalam segala bentuk, “Roh Pahlawan” dipilih dan dipanggil ke dunia modern sebagai “Servants.”

Mereka merupakan fondasi dasar dari perang Cawan Suci, dan sangatlah penting untuk pemanggilan Cawan Suci.

Para roh tersebut, jauh lebih kuat dari manusia, dipanggil untuk saling membunuh satu sama lain.

Para Magus yang memanggil para roh pahlawan tersebut dipanggil “Masters.” Untuk mendapatkan hak untuk menggunakan Cawan Suci, hak yang hanya bisa didapatkan oleh satu orang saja, para master pun harus saling membunuh satu dengan yang lainya. Pembantaian tersebut adalah sesuatu yang kita sebut sebagai Perang Cawan Suci.

Servant, yang terbunuh dalam pertarungan, akan menjadi isi dari Cawan Suci; dan ketika Cawan Suci telah terpenuhi, alat pengambul permintaan tersebut akan tercipta dan siap digunakan. Itulah sistem tersembunyi dari Perang Cawan Suci.

Medan perang tersebut mungkin adalah yang paling mematikan, paling berbahaya di dunia.

Magus yang berpartisiasi dalam perang tersebut harus menyembunyikan keberadaan mereka dari semua orang di dunia, setiap saat, dan demikianlah mereka bertahan secara diam-diam melalui malam, melepaskan api pertempuran secara tidak terlihat.

Sebagai misi untuk mengawasi objek yang disebut sebagai Cawan Suci, Gereja mengirim anggota nya sebagai pengawas perang. Medan perang yang berbahaya akan tetapi penuh kilauan pemanis ketika mereka dibersihkan oleh roh-roh yang sangat kuat tersebut.

Dan, sekarang—

Perang Cawan Suci, yang telah berlangsung lima kali di pulau yang jauh di Timur.

Sesuatu muncul di sebuah kota biasa di Amerika. Sesuatu tersebut muncul bersamaan dengan konsep yang mirip dengan yang terlihat dalam perang yang terjadi jauh di Timur. Rumor akan hal tersebut menyebar di antara para magus.

Hasilnya, Asosiasi Magus, Organisasi yang menyatukan semua magus secara bersamaan, melakukan penyelidikan tersembunyi terhadap kota tersebut. Dan demikian, bagaimana magus tua ini berserta murid nya dikirim untuk melakukan penyelidikan tersebut.

“...baiklah. Pengetahuanmu mengenai Perang Cawan Suci sudah mencukupi. Akan tetapi, Faldeus. Aku tidak suka dengan sikap “lesu” mu tersebut. Sangat mengecewakan bahwa kau tahu begitu banyak, tapi kau hampir tidak peduli. Tergantung bagaimana situasi berkembang, ini bisa menjadi masalah serius terhadap seluruh Asosiasi. Jika hal tersebut benar benar terjadi, para keparat dari Gereja Suci pasti akan ikut campur. Apa kau mengerti, Faldeus.”

“Tapi, apakah benar ini tempatnya?” balas Faldeus, masih kurang percaya meskipun telah diberitahu oleh gurunya. “Sistem yang mendasari Perang Cawan Suci diciptakan oleh Einzbern dan Makiri. Tidakkah itu juga terikat dengan tanah yang dipilih oleh Tohsaka? Bisakah seseorang sungguh-sungguh meniru sistem ini... tujuh dekade yang lalu?”

“Jika ini benar tempat nya... Dalam skenario terburuk, sangat memungkinkan kalau tempat ini dibangun hanya untuk melaksanakan perang Cawan Suci.”

“Itu mustahil!”

“Tenanglah; itu hanya salah satu kemungkinan. Memang dikatakan, kalau ke 3 keluarga pendiri telah melakukan dan memberikan apapun untuk mendapatkan Cawan Suci. Dalam hal itu, kita belum mengetahui siapa yang mencoba untuk menciptakan Perang Cawan Suci disini, Faldeus. Tidak aneh jika pelakunya memiliki hubungan dengan para Einzberns atau para Makiri. ...Seorang Tohsaka saat ini ada di Clock Tower, kurasa tidak mungkin kalau dia pelakunya.” 

Magus tua tersebut kembali melihat ke teropongnya, membiarkan terbuka kemungkinan salah satu dari keluarga pendiri sebagai pelakunya.

Sekarang, sekitar satu jam sebelum tengah malam meskipun begitu, cahaya kota tersebut masih sangat terang.

Snowfield berdiri dengan tenang melewati langit malam yang mendung, sembari menyombongkan keberadaan mereka sendiri.

Setelah mengawasi area beberapa menit, Magus tua tersebut bersiap untuk menggunakan mantra, seperti hal normal yang seharusnya dilakukan. Mantra tersebut membuat teropong miliknya sanggup melihat garis dan arus dari *Leylines.

Sang Murid memperhatikan gurunya dari belakang, sambil bertanya, “Jika Perang Cawan Suci benar-benar terjadi, tidak mungkin Asosiasi maupun Gereja Suci akan diam saja tentang hal tersebut...?”

“Tentu saja... tapi sejauh ini itu hanyalah rumor belaka. Saat di Clock Tower, Lord El-Melloi berkata bahwa terjadi keanehan di Leylines, tapi.... Yah, itu hanya hipotesis miliknya, agar muridnya tidak mendengar apapun, dan sekarang kita berada disini, untuk memastikan prediksi El-Melloi.”

Lelah, sang Magus tua pun tertawa kecil.

Dengan perpaduan rasa kesal dan lesuh di suaranya, dia berbicara panjang lebar, mungkin dengan muridnya atau, mungkin dengan dirinya sendiri.

“Tentu saja, tidak ada Roh Pahlawan yang dapat dipanggil kecuali persiapan perang Cawan Suci telah dibuat. Jika seorang Roh Pahlawan benar-benar telah dipanggil, keraguan kita akan langsung terjawab... tapi aku lebih memilih hal tersebut tidak terjadi.”

“Mengejutkan, mendengar hal tersebut dari anda.”

“Secara pribadi, aku sangat berharap rumor mengenai tanah ini tetaplah sebuah rumor. Dan jika sesuatu benar benar muncul disini, Aku ingin hal itu adalah Cawan Suci palsu.”

“Tidakkah itu bertentangan dengan yang kau katakan sebelumnya? Bahwa Cawan Suci adalah impian semua magus dan akhir dari segalanya...?”

“Kurasa... kau benar,” jawabnya, mengerutkan alisnya. “Tapi jika, mungkin saja ada sesuatu yang layak disebut sebagai Cawan Suci asli, akan kubilang hal itu tidak masuk akal! Itu akan memberiku rasa sakit mengetahui Cawan Suci muncul di sebuah negara dengan sejarah yang sangat sedikit …. Aku yakin banyak magus akan melakukan apapun untuk mencapai *the Root, tapi, sejujurnya, aku tidak. Jika aku akan mencapai the Root.... aku hanya akan terlihat seperti anak kecil yang tidak sopan yang memasuki rumah orang dengan sepatu penuh lumpur. Hal tersebut tidak cocok denganku.” Ucapnya sambil menggelengkan kepalanya.

“Benarkah seperti itu?”

Untuk kesekian kalinya hari itu, si Magus tua menghela nafas terhadap murid nya. “Bagaimanapun juga,” ucapnya keras, sambil mengganti topik pembicaraan, “di tanah yang asing ini, Aku penasaran... seperti apa jenis Servant yang dapat dipanggil?”

“Benar sekali.  Tanpa menghitung Assassin, identitas kelima class lainya akan bergantung terhadap magus yang memanggil mereka, jadi kita tidak bisa memprediksi apa yang mungkin terjadi.”

Tidak sanggup menahan kekesalan nya terhadap Faldeus, sang magus secara kasar membentaknya: “Jika kau tidak menghitung Assassin, maka ada enam kelas yang tersisa, dasar bodoh! Belum dua menit berlalu aku membahas tentang ke tujuh Servant ! Cukup sudah dengan tingah laku bodoh mu itu!”

Setiap Roh Pahlawan yang dipanggil di Perang Cawan Suci dibagi kedalam tujuh kelas.

Saber.

Archer.

Lancer.

Rider.

Caster.

Assassin.

Berserker.

Roh Pahlawan dipanggil kedalam bentuk yang sesuai dengan karakteristik mereka yang beragam. Seorang pahlawan dengan pedang dapat disummon sebagai Saber; dan seorang Pahlawan yang menggunakan tombak menjadi Lancer dan seterusnya.

Mengungkap nama asli merupakan tindakan bodoh untuk menyebarkan kelemahan dan kelebihan kepada musuh; karena itu, Servants biasanya dipanggil dengan nama kelas mereka. Setiap kelas juga memiliki kemampuan yang berbeda, untuk mempengaruhi alur pertarungan sesuai gaya mereka masing masing.

Sebagai contoh, Caster memiliki kemampuan Territory Creation, sementara Assassin  memilikik Presence Concealment.

Bisa diumpamakan, bermacam-macam kelas itu seperti bidak catur, dimana setiap bidak memiliki kemampuan yang berbeda

Tapi setiap pemain hanya memiliki satu bidak. Papan permainannya pun tidak normal, didesain untuk battle royale. Dan tiap bidak memiliki kesempatan untuk mengkontrol papan permainan, jika sang pemain yaitu sang Master cukup kuat.

Ini adalah prinsip paling dasar dari perang Cawan Suci yang Faldeus kurang pahami, Dan Gurunya sangat sesali karena mendapatkan murid yang tidak pantas, akan tetapi

Faldeus tetap tidak menunjukan emosi, meskipun baru saja dimarahi.

Dia tidak pura-pura tidak mendengarkan perkataan gurunya, tidak pula dia terlihat menyesal akan perkataanya. “Salah, Tuan Rohngall, memang hanya ada 6 class didalam perang Cawan Suci,” dia mengatakanya, dengan suara yang lembut dan tegas. “...Apa?”

Tiba-tiba, bulu kuduk sang magus tua bernama Rohngall, berdiri.

Ini adalah pertama kalinya Faldeus memanggilnya langsung dengan namanya.

Dia ingin berteriak ke Faldeus; untuk menanyakan apa yang dipikirkan oleh murid nya tersebut namun terhenti oleh pandangan dingin Faldeus.

Faldeus masih tanpa emosi melanjutkan. “Didalam Perang Cawan Suci di Jepang, memang ada tujuh kelas,” katanya, membetulkan perkataan gurunya. “Tapi khusus di kota ini, hanya ada enam.

Kelas Saber, kelas terkuat dan paling cocok untuk bertarung, tidak ada di Perang Cawan Suci ini”

“Apa... yang kau bicarakan?” Sesuatu berderak di tulang punggungnya.

Sirkuit sihir miliknya, sarafnya, serta pembuluh darahmya semua mengeluarkan sinyal bahaya, dan menyebabkan suara bel berdering di telinganya.

Muridnya, atau seseorang yang merupakan muridnya sampai beberapa menit yang lalu, melangkah ke arahnya. “Sistem yang diciptakan oleh Makiri, Einzberns, dan Tohsaka sungguh menakjubkan,” katanya, dengan suara tanpa emosi. “Karena itu kita tidak dapat menirunya dengan sempurna. Sebenarnya akan sangat bagus kalau kita dapat memulainya dengan tiruan yang sempurna... tapi kita menggunakan Perang Cawan Suci ke-tiga sebagai pondasi dasar, dan perang itu sendiri penuh dengan kekacauan, kau tahu? Sangat disayangkan.”

Faldeus jelas terlihat seperti seseorang yang beumur 20 tahun, tetapi dia berbicara seolah-olah dia telah melihat kejadian dari 70 tahun yang lalu.

Tepat ketika ekspresinya akan berubah mengerikan, sudut bibirnya terhenti, seolah-olah bibirnya ditarik oleh benang yang tidak terlihat. Tetap dengan tenang seperti sebelumnya, dia berbicara langsung tulus dari hatinya.

“Kau menyebut negaraku masih “muda” kan? Memang benar, Tapi ada hal yang harus selalu kau ingat, guru.”

“...Apa?”

“Jangan sekali-kali kau meremehkan negara yang masih muda.”


crunch crunch crik crak creak crack crik crunch


Semua tulang dan otot di tubuh Rohngall berderit. Mungkin itu karena dia menaikkan kewaspadaan nya atau mungkin hanya karena dia marah.

“Dasar sialan... siapa... siapa kau!?”

“Tentu saja aku Faldeus, pak tua. Tentu satu satunya hal yang kau ketahui tentangku hanyalah namaku. Omong-omong, aku telah belajar cukup banyak tentang Asosiasi Penyihir sampai sekarang. Kurasa aku harus berterima kasih padamu untuk itu.”

“......”

Berdasarkan pengalamanya yang luas sebagai magus, Rohngall tau bahwa yang berdiri disana bukan lagi muridnya; melainkan, seorang musuh.

Rohngall mempersiapkan dirinya untuk membunuh Faldeus sesaat ketika dia mulai bergerak. Meskipun begitu, alarm peringatan terus berdering di kepalanya. 

Seharusnya dia sudah tahu seberapa kuat Faldeus sebagai seorang Magus.

Tidak ada tanda bahwa Faldeus selama ini menyembunyikan kekuatannya. Sebagai mata-mata berpengalaman dari Asosiasi, dia sangat yakin akan hal tersebut.

Namun, pada saat yang bersamaan, pengalamanya memberitahunya bahwa dia berada dalam situasi yang berbahaya.

“Kau pasti seorang penyusup, dari organisasi lain, yang dikirim untuk memasuki Asosiasi. Dan kau sudah menjadi penyusup sejak kau memintaku untuk menjadikanmu seorang magus.”

“Organisasi lain, ya?” dengan suara yang menantang, Faldeus membetulkan Rohngall. “Asosiasi memiliki pandangan jika sebuah kelompok berisikan magus pengkhianat diluar Asosiasi adalah pelaku dibalik Perang Cawan Suci ini, tapi....sejujurnya aku... ah, sudahlah.”

Menandakan bahwa tidak ada lagi yang perlu dibahas, Faldeus melangkah maju.

Dia tidak benar-benar menakutkan, tidak pula dia menunujukan dirinya sebagai musuh, namun terlihat jelas bahwa dia merencanakan sesuatu. Rohngall mengeraskan giginya dan perlahan menurunkan pusat gravitasi tubuhnya, mempersiapkan dirinya untuk merespon apapun yang Faldeus mungkin lakukan.

“Jangan meremehkanku, anak muda.”

Sambil berbicara, dia mempersiapkan rencana untuk menjadi yang pertama kali menyerang didalam duel antar magus ini, akan tetapi dia sudah kalah.

Pada saat mereka berusaha mengkelabui satu sama lain sebagai seorang magus,

Rohngall sudah kalah oleh lelaki yang berdiri di hadapanya “Aku tidak meremehkanmu, tuan.”

Karena Faldeus tidak berencana untuk bertarung sebagai magus dari awal.

“Aku akan menyerangmu dengan semua yang kumiliki.”

Faldeus menyalakan korek yang dia pegang di satu tangannya. sebuah rokok tiba-tiba muncul dari tangan yang satunya, yang sebelumnya tidak memegang apapun.

Sekejab itu terlihat seperti teleportasi instan, tapi tidak ada tanda-tanda dia menggunakan mana. Melihat Rohngall yang kebingungan, dia tersenyum puas. Itu adalah senyuman yang tulus dari hatinya

Sebuah senyuman yang tidak pernah Rohngall lihat sebelumnya. Kemudian dia pun berkata, “Haha, itu hanya trik ilusi. Bukan magecraft."

“......?”

“Ah, sebenarnya, kita bukanlah organisasi yang terfokus untuk magus, kuharap kau tidak kecewa.” ucap Faldeus, tanpa menunjukan rasa tegang di suaranya. Sambal menyalakan rokoknya. “Kita diperintah langsung oleh Pemerintah Amerika Serikat. Hanya kebetulan saja ada beberapa magus yang bergabung di organisasi kita; cukup sederhana.”

Rohngall terdiam untuk beberapa saat, dan kemudian membalas. “Begitu…. Sekarang, beritahu aku apa hubungan rokok itu dengan segala yang kau miliki ’?”

Rohngall mencoba mengulur waktu untuk mempersiapkan magecraftnya. Namun ketika dia selesai mengucapkan hal tersebut, tiba-tiba

Sesuatu melesat kearah kepala Rohngall. Semuanya selesai secara sekejap.

Sebuah suara ledakan yang pelan dan basah.

Peluru tersebut melambat sambil memasuki tengkoraknya. Timah tersebar kemana -mana, berenang di cairan otak sekaligus membakarnya akalnya secara bersamaan.

Peluru tersebut tidak menembus kepala Rohngall namun, peluru tersebut memantul di dalam tempurung kepalanya dan membunuh orang tua tersebut secara instan dan permanen.

Dan meskipun terlihat jelas dia sudah mati, lusinan peluru muncul menembaki tubuh nya, seperti masih memastikan apakah dia sudah benar-benar mati.

Peluru tersebut tidak ditembakan hanya dari satu arah. Pasti terdapat lebih dari selusin penembak  jitu di area sekitar. 

Ini sangat jelas berlebihan sungguh cara membunuh yang tak kenal ampun.

Sendinya yang tua dipaksa bengkok dan tak berdaya, seperti boneka yang dipaksa menari dengan lagu rap.

“Terima kasih atas dansanya. Tadi cukup menyenangkan.”

Tubuh Rohngall mengeluarkan cairan merah bersamaan dengan terperosok tubuhnya kedalam tanah. Faldeus melihat mayat tersebut sambil bertepuk tangan secara perlahan.

“Kau terlihat 30 tahun lebih muda, Tuan Rohngall.”

Beberapa menit kemudian

Faldeus berdiri tepat disebelah mayat gurunya, yang tergeletak didalam kolam darah.

Tetapi hutan disekitarnya tidak berubah terdapat atmosfer aneh disekitar Faldeus.

Lusinan orang dengan baju kamuflase bergerak keluar dari hutan dibelakang Faldeus.

Tiap tiap dari mereka menggenakan balaclava berwarna hitam dan membawa senapan dengan perendam terpasang, masing-masing diukir dengan desain yang berbeda; kasar, namun detail.

Ras mereka tidak bisa dibedakan secara jelas, begitu pula emosi mereka. Salah satu dari mereka berdiri dan berbicara langsung ke Faldeus sambil memberi hormat. “Lapor, Tuan. Situasi normal, kami tidak menemukan keanehan sejauh ini.”

“Kerja bagus, Kawan,” jawab Faldeus. Sementara anak buahnya berbicara secara formal, Faldeus menjawab dengan hangat.

Dia berjalan kearah mayat sang magus tua, senyum kecil muncul di wajahnya.

Masih membelakangi anak buahnya, dia berkata, “Baiklah, ... kulihat masih banyak dari kalian yang tidak familiar dengan para Magus, akan kuberikan penjelasan singkat.”

Orang-orang berseragam tersebut kembali membentuk formasi di belakang Faldeus. Mereka pun mendengarkan Faldeus, dengan tenang.

“Seorang Magus tidak sama dengan seorang *Magician. Jangan menyamakan hewan fantasi dengan makhluk legendaris. Coba pikir itu lebih seperti... ah, perbandingan antar Anime dari Jepang dan Film Hollywood. Hanya sebatas itu kemampuan mereka.”

Faldeus berjongkok disebelah tubuh yang dulunya adalah gurunya, menggambil sebuah potongan dari situ, dan mengangkatnya ke atas dengan tangan kosong.

Itu adalah pemandangan yang aneh, tapi tak seorangpun yang mempertanyakan itu.

“Mereka mati ketika dibunuh, dan serangan fisik lumayan efektif terhadap mereka. Walaupun, ada beberapa dari mereka yang bisa melapisi tubuhnya menggunakan cairan merkuri, cukup kuat untuk menghadapi ribuan peluru. Ada pula beberapa dari mereka yang dapat memindahkan kesadaran mereka kedalam serangga yang tertanam di tubuh mereka untuk memperpanjang hidup mereka. Tapi... yah, tipe yang pertama tidak dapat bertahan dari senapan Anti-Tank, sedangkan tipe kedua tidak mungkin dapat menghindari rudal pelacak.”

Mereka mungkin mengira bahwa Faldeus sedang bercanda. Sembari menahan tawa kecil mereka.

Namun saat mereka mendengar perkataan Faldeus yang selanjutnya, merekapun terdiam.

“Tentu, ada beberapa pengecualian.... sebagai contoh, orang ini, yang dari awal tidak berada disini.”

“...bisakah anda menjelaskan dengan lebih detail, Tuan Faldeus?” tanya salah satu pria bersenjata, secara formal. Faldeus tertawa kemudian melempar sepotong daging dari mayat tersebut kearahnya.

Dia pun menangkapnya dengan siap. Ketika dilihatnya potongan daging tersebut yang kemungkinan adalah potongan jari, dia pun terkejut. “...apa?”

Dibawah cahaya sorotan senternya, terlihat jelas sebuah tulang putih yang menonjol dari urat dan otot merah disekitarnya.

Tapi ada yang janggal. Potongan itu tidak terlihat seperti daging manusia normal.

Benang transparan, serupa dengan kabel serat optik, bergerak dan bergoyang keluar dari daging tersebut secara menjijikan.

“Bisa dikatakan, sejenis cyborg? Yah, kami hanya menyebutnya sebagai boneka. Kau tau, Tuan Rohngall adalah orang yang penuh waspada. Dia tidak sebodoh itu untuk datang kesini sendirian dengan tubuh aslinya. Sekarang, tubuh aslinya mungkin berada di salah satu cabang Asosiasi Magus, atau mungkin di ruang kerjanya sendiri. Dia pasti sangat panik dan bingung sekarang!”

 “Sebuah Boneka...? Itu tidak mungkin!”

“Ini adalah teknik yang hebat, namun perhatikan baik-baik dia tidak dapat meniru tubuh manusia secara sempurna. Menurutku, wujud orang tua ia gunakan untuk menutupi ketidaksempurnaan itu. Aku juga pernah mendengar ada seorang perempuan pengguna boneka yang dapat mengontrol boneka yang benar benar tidak dapat dibedakan dari model aslinya... bahkan dengan tes DNA.” Faldeus terus berbicara, dengan nada tidak tertarik, seolah-olah dia adalah pihak ketiga.

Seorang prajurit mengerutkan dahinya. “Kalau begitu, apakah dia mendengar tentang semua yang kau bicarakan sebelumnya?” tanyanya kepada Faldeus, Komandanya.

“Tentu saja. Sesuai rencana.”

“huh...?”

“Aku bersusah payah bertingkah seperti orang bodoh untuk membunuhnya dengan tujuan agar Asosiasi mendengar semua yang kukatakan.” Faldeus berdiri diatas tubuh palsu yang terendam di dalam darah buatan, sembari menatap kearah langit malam yang gerimis. Dengan puas, dia bergumam, “Anggap ini sebagai deklarasi... Peringatan kepada para magus.”

Dan itu menandai awal.

Awal dari perjamuan antar manusia dan Roh Pahlawan; awal dari Perang Cawan Suci Palsu.

 


TL note:
Mages/Magus : Orang yang mampu menggunakan kemampuan yang disebut Magecraft
Magecraft : Kemampuan yang serupa dengan sihir yang digunakan oleh para Mages
(True) Magic/Sihir : Sihir asli yang melampaui Magecraft
Magician/Sorcerer : Orang yang mampu menggunaka True magic
The Root : Bisa disebut sebagai Akasha, merupakan inti atau pusat dari alam semesta di nasuverse (Typemoon)
Familiar : kemampuan magecraft untuk menciptakan atau menggunakan makhluk hidup sebagai anak buah(dapat digunakan untuk berbagi pengelihatan,pendengaran,dsb)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar